HUBUNGAN MANUSIA DENGAN HIDUP DAN MATI
Makna
hubungan yang hidup dengan yang mati
Ini
adalah hal yang ghaib dimana sangat sedikit sekali ilmu yang diberikan Allah
kepada diri mengenai hal ini. Namun demikian saya terusik untuk membuat tulisan
ini untuk berusaha memahami hubungan antara yang hidup dengan yang telah
mendahului kita. Pada sisi orang yang masih hidup, hubungan kepada yang mati
adalah wujud kasih sayang mereka, terutama ahli keluarga sanak family mereka.
Di sisi lain, orang yang sudah mati masih mengharapkan yang hidup dapat mendoakannya,
terutama dari anaknya yang shaleh.
Kebanyakan
orang menganggap bahwa hubungan orang mati dengan yang hidup akan terputus dan
keduanya telah berada dialam berbeda, sehingga tidak bisa berhubungan. Dalam
Islam memang benar antar keduanya berada dalam alam yang berbeda, namun
hubungan dalam beberapa hal dapat terjalin antara orang mati dengan yang hidup.
Perkara orang yang hidup dan yang mati dapat berhubungan adalah hak Allah.
Allah yang menjaga masing-masing untuk hidup tertib didua alamnya.
Firman
Allah : Allah memegang jiwa (orang) ketika matinya dan (memegang) jiwa (orang)
yang belum mati di waktu tidurnya; maka Dia tahanlah jiwa (orang) yang telah
Dia tetapkan kematiannya dan Dia melepaskan jiwa yang lain sampai waktu yang
ditetapkan. Sesungguhnya pada yang demikian itu terdapat tanda-tanda kekuasaan
Allah bagi kaum yang berfikir. (QS.az-Zumar: 42)
Allah
juga menjelaskan orang-orang yang telah meninggal di jalan Allah, para syuhada
bahwa mereka tetap hidup. Hidup dalam pengertian ini tentu berbeda, yang
jelas mereka sudah menikmati karunia Allah atas amal shaleh yang dilakukannya
sejak awal mereka di alam kubur, kemudian berlanjut ke akhirat dan alam syurga,
kelak.
Janganlah kamu mengira bahwa
orang-orang yang gugur di jalan Allah itu mati. bahkan mereka itu hidup di sisi
Tuhannya dengan mendapat rezki. …. (Ali Imran [3]: 169-171).
Dalam
beberapa kitab dan sumber yang ada, Ada beberapa hal yang dapat menjadi
media atau penghubung antara yang hidup dengan yang mati :
Salam
Salam
merupakan sarana penghubung antara yang hidup dengan yang mati. Salam dari yang
hidup kepada yang mati adalah sampai dan dapat didengar oleh mereka. Bila tidak
mengapa Nabi Saw memberikan teladan untuk mengucapkan salam pada saat ziarah
kubur kepada mereka yang mati?.
Dalam
sebuah hadist diceritakan bahwa Nabi Saw mengajari orang-orang manakala
kekuburan hendaklah mengucapkan ucapan sebagai berikut : “Keselamatan atas
kamu, wahai para penghuni kubur dari kalangan mukminin dan muslimin,
sesungguhnya Insya Allah kami juga akan menyusul kamu dan kami memohon afiat
kepada Allah untuk kami dan kamu sekalian (HR Muslim)
Salam
yang disampaikan kepada Nabi Saw dari seluruh umat Islam, dijamin akan sampai
dapat didengar beliau:
Sabda
Nabi Saw : Tidaklah seseorang yang menyampaikan salam kepadaku setelah aku
wafat melainkan Allah akan mengembalikan rohku sehingga akupun dapat membalas
salam orang tersebut (HR Imam Abu Dawud)
Terkait
bahwa orang yang sudah mati dapat mendengar, sudah tentu ini dalam kondisi
tertentu dan itupun atas izin Allah. Banyak kisah Nabi Saw telah menyatakan
bahwa seorang yang mati dalam kuburnya dapat mendengar suara sandal dari
orang-orang yang selesai mengebumikannya dan kisah Nabi Saw terhadap 3 orang
musyrik dalam perang badar. Dalam kisah itu dijelaskan bahwa orang yang
mati dapat mendengar, namun tidak mampu untuk menjawab.
Doa
Doa
seorang anak yang shaleh akan sampai dan dapat menjadi tambahan amal bagi orang
tua yang telah meninggal.
Nabi
saw bersabda : “Apabila anak Adam mati maka terputuslah segala amalnya kecuali
tiga hal, yaitu shodaqoh jariyah atau ilmu yang bermanfaat, atau anak yang
sholeh yang mendo’akan.
Doa
juga dapat disampaikan kepada para syuhada yang gugur dalam menegakkan
agama Allah, termasuk ulama yang berjuang dijalan Allah. Berdoa kepada mereka
bukan untuk mendapatkan keberkahan, namun hanya sebagai bentuk memuliakan
dan menghormati mereka. Dengan perantaraan ilmu yang telah diberikan mereka
kepada umat untuk menempuh jalan selamat.
Nabi
Saw bersabda: “Muliakanlah para ulama sebab mereka adalah pewaris nabi, siapa
yang memuliakan mereka, berarti dia telah memuliakan Allah dan RasulNya”.
Doa
juga disampaikan kepada seluruh umat Islam agar dapat saling mendoakan, sebagai
wujud kuatnya tali silaturahim dan persaudaraan sesama Muslim. Anjuran berdoa
kepada orang lain terdapat dalam surat Attaubah : 103 :
Firman
Allah : “Dan mendo`alah untuk mereka. Sesungguhnya do`a kamu itu (menjadi)
ketenteraman jiwa bagi mereka. Dan Allah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui”.
Ayat
di atas menyatakan bahwa mendo’akan orang lain, baik kepada orang hidup maupun
orang mati adalah tradisi yang baik dan ini berlangsung terus kala seseorang
berdoa untuk mendokan kepada saudara-saudaranya yang seiman, baik yang masih
hidup maupun yang sudah mati.
Amal
Shaleh
Dari
hadis itu ada hubungan kemanfaatan dan pengaruh amalan seseorang antara
yang hidup dan yang mati. Selain doa seorang anak terhadap orangtuanya, ada
juga amal jariah dan ilmu yang bermanfaat yang diberikannya kepada orang lain
yang akan terus mengalir dan bermanfaat bagi yang mati.
Bila
amalan baik yang dibuat didunia dapat bertambah dengan adanya amalan baik
diikuti orang lain, dan sebaliknya menjadi berkurang amalannya karena
perbuatan jeleknya diikuti orang lain. Hubungan terkait amal ini semakin kuat
dalam hubungan kekeluargaan, antara anak kepada orang tuanya.
Dari
anas bin Malik berkata bahwa Nabi Saw bersabda: Amalan orang yang masih hidup
berpengaruh terhadap orang tuannya yang telah meninggal. Jika anaknya yang
masih hidup berbuat baik maka yang telah meninggal akan memuji Allah dan merasa
gembira. Jika yang masih hidup berbuat sebaliknya , maka orang tuannya berdoa:
Ya Allah jangan Kau matikan dia sebelum Kau beri dia hidayah
Mimpi.
Melalui
mimpi dapat terjalin antara orang hidup dengan orang yang mati. Di saat
jiwa orang tidur dan jasad lemah, sebenarnya jiwa dikumpulkan dalam satu
dimensi, yaitu dimensi ruhani. Dalam beberapa keadaan atas izin Allah
jiwa orang tidur tersebut dapat menembus batas ruang pembatas (hijab), hingga
dapat menembus alam malakut.
Jiwa
itu menembus pembatas dua samudera: “Dia membiarkan dua lautan mengalir yang
keduanya kemudian bertemu – antara keduanya ada batas yang tidak dilampaui oleh
masing-masing”. (QS: 55; 19-20),.
Di
alam malakut itulah jiwa orang tidur dipertemukan dengan ruh orang mati. Dan
itu semua terekam oleh akal, sehingga saat terbangun dapat terbaca olehnya dan
itulah yang disebut mimpi. Hubungan orang yang hidup dengan yang mati melalui
mimpi ini juga akan akan terasa kuat dalam hubungan kekeluargaan atau kedekatan
keduanya atas satu dengan yang lainnya.
Ilmu
Ilmu
ini hanyalah kepada hamba Allah yang dikehendaki, misalnya para wali yang
memiliki karomah untuk dapat berhubungan dengan yang mati. Banyak juga
kemampuan ilmu yang dapat berhubungan dengan orang mati ini dijadikan sebagai
bentuk kesesatan, mengambil manfaat untuk meyakinkan orang akan kemampuan
ilmunya.
Namun
demikian, Islam secara tertib meyakini bahwa ruh ruh yang mati tersimpan
ditempatnya masing-masing yaitu untuk orang shaleh di Illiyin dan orang yang
durhaka di Sijjin sesuai surat Muthafifin 7& dan 16.
Firman Allah : Sekali-kali jangan
curang, karena sesungguhnya kitab orang yang durhaka tersimpan dalam sijjin.
dan Firman Allah : Sekali-kali tidak, sesungguhnya kitab orang-orang yang
berbakti itu (tersimpan) dalam ‘Illiyyin.
Bila
tidak memiliki ilmu yang memadai, komunikasi kepada yang mati akan cepat
ditangkap oleh musuh manusia yang nyata yaitu Setan Iblis dan Jin yang memang
mengharap hal ini, mereka akan menyerupai orang-orang yang telah mati guna
dapat membisikkan dan bernegosiasi dengan hawa nafsu mereka agar menjadi sesat
dan syirik kepada Allah.
Dengan
memperhatikan beberapa media diatas bahwa orang yang hidup dapat berhubungan
dengan yang mati, lalu pertanyaannya kapan terakhir diri kita atau seberapa
sering memanjatkan doa, membacakan Al Quran dan menziarahi kubur orang tua kita
?
Komentar
Posting Komentar